Saturday, May 22, 2010

SURGA TIMUR TENGAH

Konflik. Kata ini seperti tak pernah lepas dari negeri Lebanon. Betapa tidak, silih berganti perang mengoyak negeri ini mulai dari Perang Saudara hingga Perang dengan Israel di tahun 2006.
Perlahan tapi pasti, Lebanon kini menggeliat kembali sebagai negera tujuan wisata. Beirut yang ditasbihkan sebagai Parisnya Timur Tengah bahkan meraih predikat sebagai kota tujuan wisata wajib kunjung nomer satu oleh New York Times di tahun 2009.

Negara Lebanon masuk dalam kawasan Timur Tengah. Secara geografis, negara seluas 10.452 kilometer persegi ini posisinya sangat strategis dibatasi oleh Laut Mediterania. Itu sebabnya negeri ini memiliki iklim Mediteran dengan 4 musim, hangat terasa saat musim panas, dan basah serta dingin di musim dingin. Meski begitu, musim dingin tidaklah menusuk seperti di negeri Eropa pada umumnya, karena salju hanya menghampiri kawasan pegunungan tidak sampai ke kota.

Keunikan alam Lebanon yang bisa dinikmati pengunjung adalah saat musim dingin datang antara November hingga Februari. Bayangkan dalam sehari kita bisa menikmati panasnya berjemur di pantai kemudian bermain salju dan ski di daerah Faraya. Kawasan wisata Faraya memang terkenal di seluruh Jazirah Arab dan Timur Tengah. Betapa tidak, wisatawan asing yang biasanya hanya mengenal gurun, jauh-jauh datang untuk sekedar menyaksikan salju atau bermain ski. Jangan khawatir bila tidak membawa peralatan bermain ski, di sini banyak sekali tempat persewaan. Sewanya pun tidak sampai 500 ribu rupiah. Sebagai kenang-kenangan, boleh saja bila Anda membawa salju di atas kap mobil seperti yang dilakukan penduduk setempat.

MEMANCING PERADABAN DI JEMBATAN GALATA

Jembatan Galata memang mendatangkan inspirasi bagi banyak orang di Istanbul, Turki. Tidak hanya bagi penduduk asli, bahkan juga bagi para pendatang seperti saya. Setiap hari, para pemancing tampak sangat menikmati proses menunggu umpan mereka dilahap ikan. Semula saya cukup heran bagaimana bisa pemancing ini begitu menikmati kegiatan yang cukup menjemukan bagi sebagian orang, apalagi kala itu angin musim semi masih lumayan dingin bertiup. Karena penasaran, akhirnya saya tertarik menjadikan aktivitas memancing sebagai bagian syuting backpacker.

Posisi biasanya menentukan bagi pemancing. Umumnya pemancing memilih posisi yang memungkinkan umpannya dimakan ikan. Namun berbeda halnya dengan pemancing di Jembatan Galata. Mereka cenderung memilih posisi menghadap Old City atau kota tua Istanbul. Karena dengan begitu mereka bisa sangat menikmati memancing sekaligus mengagumi peradaban yang dibentuk Kesultanan Ottoman di masa jayanya. Betapa tidak, dari sisi kiri jembatan menuju kawasan Sultan Ahmet ini, kita bisa meyaksikan kemegahan bangunan tempo doeloe. Katakanlah seperti Masjid Biru dan Aya Sophia. Nikmat rasanya melempar pandangan mata ke kawasan kota tua, seakan kita pun terbawa romantisme Istanbul masa lalu. Ini pula yang dirasakan Orhan Pamuk ketika ia menulis novelnya, Istanbul. Dari Jembatan Galata-lah kita bisa meresapi kejayaan Kesultanan Ottoman. Jembatan ini sediri pertama kali dibangun tahun 1845 oleh ibunda Sultan Abdul Mecid. Dahulu, jembatan hanya terbuat dari kayu. Nah, setelah lima kali perubahan barulah pada tahun 1994 terbentuk Jembatan Galata yang kita kenal sekarang. Ya, jembatan ini sendiri memang merupakan pembatas antara kawasan Karakoy yang mewakili Istanbul modern dengan Eminomu kawasan kota tua.


BALIK EKMEK, APA TUH ?

Membaca judul di atas memang cukup mengundang penasaran. Jangankan pembaca, saya pun sangat penasaran apa sih sebenarnya ‘Balik Ekmek’ itu.

Berawal dari rasa lapar setelah lelah mencari handy cam di kawasan Eminonu Istanbul, saya bersama kawan-kawan mencoba mencari makan siang yang murah. Dari Eminonu, kami memutuskan berjalan kaki menuju Jembatan Galata yang. Seingat kami, di bawah jembatan ini terdapat banyak restoran yang menawarkan sajian berselera khas Turki. Setelah membalik-balik menu berbagai restoran yang memang diletakkan di depan pintu restoran kami pun mulai berhitung. Ternyata hidangan yang disajikan lumayan mahal.

Pages