Sunday, January 9, 2011

ENDANG WITARSA, LEGENDA SEPAK BOLA INDONESIA

Kaget. Begitu kira-kira perasaan saya pada Rabu 2 April 2008. Sepak bola Indonesia kehilangan putra terbaiknya. Legenda yang banyak meninggalkan warisan bagi dunia sepak bola nasional kini telah menutup mata selama-lamanya.

Ada berapa gelar timnas sepak bola Indonesia di kancah internasional? Bisa dihitung dengan jari. Beberapa gelar Asia yang cukup bergengsi diraih oleh timnas. Keempat gelar tersebut adalah Merdeka Cup 1969, Aga Khan Cup 1969, King’s Cup 1970, dan Anniversary Cup 1972. Dan semua kesuksesan tersebut berujung pada satu nama. Endang Witarsa. Dialah yang menjadi arsitek timnas saat itu.


Terlahir dengan nama Liem Soen Joe di Jawa Tengah, tepatnya Kebumen pada tanggal 12 Oktober 1916. Namun beliau lebih akrab dengan sebutan ‘Om Dokter’. Maklum, sebelum berprofesi sebagai pelatih bola, ia merupakan seorang dokter gigi. Tapi teori dan praktik sepakbola yang ia kuasai jauh lebih mumpuni ketimbang dokter gigi.

“Enaknya jadi pelatih kalo didik anak jadi pemain bagus itu suatu kepuasan. Daripada jadi dokter gigi, cari duit terus. Ah, bosen deh”. Begitulah cetusan hati beliau ketika saya mewawancarai pada suatu petang di Lapangan Petak Sinkian Jakarta Barat tahun 2006.

Hampir 60 tahun hidup beliau dihabiskan untuk klub Union Makes Strength atau UMS. Di klub inilah Om Dokter memulai karirnya sebagai pemain hingga ketua yayasan UMS. Klub yang berdiri tahun 1905 ini merupakan salah satu klub sepak bola tertua yang masih eksis hingga kini di Indonesia. Selama lebih dari satu abad berdiri, sudah banyak prestasi dicetak klub UMS.

Salah seorang anak didik Om Dokter yang sering menjadi pemain langganan timnas adalah Fan Tek Fong atau Hadi Mulyadi. Menurutnya kejuaraan yang sering diadakan oleh Persija sering dimenangkan oleh UMS. Masa kejayaan warsa tahun 50-an hingga 60-an itulah saat UMS ditangani oleh Endang Witarsa. Di tangannya, UMS memakai formasi 4-2-4 yang kala itu sangat revolusioner




Meski memasuki usia senja (kala itu 90 tahun), mantan staf pengajar FKG UI ini seolah tidak peduli dengan fisiknya. Padahal untuk berjalan saja beliau sudah harus dituntun hingga ke lapangan. Ia berpikir lebih baik menyibukkan diri ke lapangan daripada berdiam diri saja di rumah. Dan Hadi Mulyadi adalah salah seorang anak didiknya yang masih setia saat itu mendampingi dirinya melatih bibit-bibit muda UMS.

Sepak bola bak kehidupan itu sendiri bagi Endang Witarsa. Dipastikan tiga hari dalam seminggu ia berada di lapangan untuk melatih. Bagi pengidola Bung Karno ini, pemain muda UMS merupakan generasi harapan bangsa masa depan. “Priiiiit. Kamu jadi kiper sana!” Begitu ujar Om Dokter tatkala mendapati pemainnya yang dirasanya salah posisi. Dan pemain yang aslinya pemain tengah tersebut menurut saja apa kata sang pelatih.

Ya, memang pengagum Zinedine Zidane ini usianya sudah lanjut. Namun ia memiliki kepekaan pemain mana saja yang bisa menjadi calon bintang. Banyak sudah pemain bintang yang dihasilkan Endang Witarsa. Seperti Hadi Mulyadi, Risdiyanto, Benny Dolo, Gusnul Yakin, hingga Widodo Cahyono Putro.

Beruntunglah saya masih sempat melihat dari dekat dan membuat profil sang legenda. Pengabdian panjangnya pada dunia sepak bola pun diakui oleh Museum Rekor Indonesia sebagai pelatih terlama (65 tahun) dan pelatih tertua (90 tahun). Mungkin bukan lagi catatan rekor Indonesia, melainkan dunia.


Selamat jalan Om Dokter. Selamat jalan legenda, Endang Witarsa.

Simak profilnya dalam video di http://www.youtube.com/watch?v=cPNKXnkRdH4&list=UUvQGo2YaFIaUMzadQSMT4jw

Pages