gambar sampul tulisan penulis yang dimuat majalah JalanJalan |
Carilah jalan Shisavangvong, jalan utama di kota
ini. Diambil dari nama raja Laos dahulu. Di jalan ini banyak terdapat
penginapan dan café pinggir jalan sehingga menciptakan atmosfir seperti di
Perancis. Apalagi banyak sekali gedung sepanjang kiri-kanan jalan masih
terlihat antik dan orisinil peninggalan kolonial Perancis. Tak heran bila
banyak wisatawan Perancis datang menikmati romansa masa lalu.
Kehidupan
malam hari di Luang Prabang selalu berdenyut, terlebih pasar malamnya. Para
pedagang menggelar lapaknya di trotoar depan museum nasional bahkan meluber di
tengah jalan. Sepanjang malam, Jalan Shisavangvong ditutup bagi seluruh
kendaraan sejak pukul lima sore. Hanya pejalan kaki yang boleh melangkah. Seperti biasa, barang buruan wisatawan asing adalah
kerajinan khas Laos yang banyak memiliki suku. Meski begitu, dibandingkan kota
lain, harga di pasar malam ini sedikit lebih mahal.
Kehidupan di Luang Prabang dimulai pagi-pagi sekali
ketika matahari pun belum menyembulkan wajahnya. Pukul 4 dini hari dipastikan
ratusan orang baik penduduk lokal maupun wisatwan asing telah memadati jalanan,
terutama di Shisavangvong Road. Saya pun termasuk di antaranya. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengikuti tradisi ritual pemberian sedekah pagi bagi para
biksu.
sedekah pagi bagi biksu |
Saat matahari mulai muncul, barulah sekitar 700
biksu dari 32 wihara di Luang Prabang keluar menjalankan ritual sedekah pagi.
Mereka berjalan serempak tanpa menggunakan alas kaki berkeliling kota. Saat
memberikan sedekah pada biksu posisi duduk harus diperhatikan, tidak boleh
lebih tinggi dari mereka. Nasi ketan kita berikan sekepal demi sekepal bagi
biksu yang mengantri.
Ada kalanya, makanan yang diberikan setiap orang
berlebih bagi dalam keranjang biksu bahkan tidak muat lagi. Anak-anak setempat
yang bukan biksu akan selalu siap sedia menampung rezeki limpahan dari para
biksu. Inilah falsafah sedekah pagi yang sangat luhur. Biksu pun tidak akan
sarapan selain dari makanan yang diterima dalam sedekah pagi.
Luar biasa, ritual sedekah pagi menjelma menjadi
objek wisata menarik bagi wisatawan asing.
Aktivitas sehari-hari biksu selalu dimulai usai
sedekah pagi salah satunya berlangsung di wihara Wat Xien Mouane. Luang Prabang
memang dikenal sebagai kota seribu wihara. Itu sebabnya bila ingin melihat
pusat pendidikan dan budaya kunjungilah wihara.
Wihara Wat Xien Mouane berdiri sejak 130 tahun
silam. Di sini digalakkan program penyelamatan budaya. Biksu-biksu cilik
dididik akan seni lukis dan patung demi melestarikan tradisi Laos. UNESCO pun
pernah terlibat program ini antara tahun 2000 hingga 2007.
Museum Nasional |
Tahun 1975 monarki Kerajaan Laos dihabisi oleh Kaum
Komunis. Sejak itulah sistem pemerintahan monarki berubah menjadi komunis.
Keluarga kerajaan pun diusir dari istana yag kelak diubah menjadi Museum
Nasional. Para pengunjung dilarang mendokumentasikan bagian
dalam bangunan, baik foto maupun video. Alhasil pengunjung cukup puas menikmati
kenang-kenangan dokumentasi bagian luar bangunan.
Bagi yang tertarik akan wisata alam, naiklah perahu
sewaan yang akan membelah Sungai Mekong sepanjang 25 kilometer. Perahu akan
penuh bila wisatawan genap 10 dan baru berangkat. Tujuan wisata menuju Goa Pak
Ou. Goa ini terdiri dari bagian atas dan bawah. Di bagian atas akan didapati
lukisan dalam goa yang uniknya ditemukan oleh bangsa Perancis abad ke 19
sewaktu melakukan ekspedisi Sungai Mekong.
Goa Pak Ou |
Laos, negeri kecil dengan peradaban besar yang
menarik untuk dijelajahi.