Jarang orang mengetahui adanya Perang Rahasia di Laos. Perang ini terjadi ketika Amerika menyerbu Vietnam. Disebut rahasia karena Amerika Serikat berperang secara rahasia dengan Laos. Meski korban yang jatuh bukan-lah rahasia lagi kebanyakan warga negara Laos.
Untuk
mengetahui lebih dalam tentang Perang Rahasia, saya niatkan pergi menuju Kota
Phonsavan, Provinsi Xieng Khouang. Jalan darat menggunakan bis dapat ditempuh
selama 10 jam. Bis yang digunakan adalah ekonomi, sehingga terpaksa berpanas
ria bersama penumpang lokal. Jarang sekali wisatawan asing yang datang ke
Phonsavan, itu sebabnya bis bertarif 110 ribu Kipp atau sekitar 150 ribu rupiah
ini sepi akan orang asing.
Penampakan bis ekonomi jurusan Vientiane-Phonsavan yang saya tumpangi (koleksi @ysdaya) |
Perjalanan
lumayan membosankan mengingat lagu yang diputar di dalam bis selalu lagu lokal
yang artinya pun tidak dapat dimengerti. Untungnya pemandangan di kiri kanan
jalan yang seperti di daerah puncak cukup memanjakan mata.
Satu
hal yang agak menarik adalah banyak sekali penumpang yang naik di tengah jalan
menyandang senapan angin. Tujuan mereka sama sekali tidak untuk menembak
burung, melainkan keamanan. Hal ini saya ketahui dari kenek di belakang yang
membawa senapan AK 47. Rupanya perjalanan sering kali dihadang bajing loncat
atau kriminal jalanan. Untungnya perjalanan saya hingga sampai Phonsavan aman dari gangguan ini.
Kenek bus yang duduk di belakang bis menunjukkan senapan AK 47 (koleksi @ysdaya) |
Saat
tiba di kota Phonsavan, saya lumayan terkejut akan suhunya. Ternyata di bulan
Februari, suhu Phonsavan sangatlah dingin bisa mencapai di bawah 10 derajat
celcius di malam hari. Di siang hari pun memakai baju tiga lapis rasa dingin
pun masih menusuk tulang. Winter comes to town!
Salah
satu tujuan wisata adalalah Plain of Jars. Untuk menjangkaunya kita cukup
menyewa motor dari hotel seharga 75 ribu rupiah sehari. Plain of Jar merupakan
situs budaya kuno nenek moyang bangsa Laos. Untuk menempuhnya, kita harus melalui
perkampungan penduduk tiga kilometer sebelum situs tersebut.
Perjalanan menuju lokasi Plain of Jars melewati pemandangan ini (koleksi @ysdaya) |
Memasuki
Plain of Jars peringatan bahaya bom terpampang jelas. Rupanya, di situs ini
masih banyak pecahan bom yang belum dibersihkan sisa Perang Rahasia. Total bom
yang dijatuhkan Amerika Serikat ke Laos sebanyak 260 juta bom. Dan 30% persen
di antara bom itu belum meledak sampai sekarang. Baru pada tahun 2004 situs ini
mulai dibersihkan dari bom.
Hati2 kalau melangkah di area Plain of Jars (koleksi @ysdaya) |
Pengunjung
yang datang memang diwajibkan waspada melangkah di lokasi Plain of Jars. Plain
of Jar sebenarnya kumpulan batu-batu raksasa. Di Phonsavan sendiri terdapat
tiga tempat lokasi kumpulan batu-batu seperti ini. Di lokasi pertama seluas 25
hektar ini, setidaknya terdapat 334 batu ukuran raksasa. Yang mengherankan
adalah mengapa batu-batu ini bisa berkumpul di satu tempat. Menurut legenda,
berasal dari peradaban yang sudah hilang sekitar 1500 hingga 2000 tahun yang
lalu. Meski begitu belum diketahui fungsi batu raksasa ini.
Bandingkan ukuran Plain of Jars dengan manusia (koleksi @ysdaya) |
Menurut
teori para antropolog dan arkeolog, batu raksasa ini dahulunya digunakan
sebagai tempat menyimpan abu jenazah yang sudah dikremasi. Meski ada juga yang
mempercayai , Plain of jar fungsinya sama seperti magic jar untuk menyimpan
nasi dan makanan.
Di
beberapa tempat, bisa disaksikan pula lubang bekas bom meledak. Wajar apabila
Plain of Jar dijuluki sebagai situs budaya paling berbahaya di dunia. Bahkan
terdapat pula di sini goa bekas lubang persembunyian masyarakat Laos sewaktu
perang rahasia. Hampir selama 10 tahun, goa ini menjadi rumah bagi para
pengungsi. Mereka menikah, melahirkan, dan meninggal di sini.
Di belakang saya berdiri adalah goa persembunyian Perang Rahasia (koleksi @ysdaya) |
Salah satu kampung yang banyak dihuni korban perang
rahasia adalah Khang Khai. Butuh waktu 20 menit untuk mencapai kampung ini dari
pusat kota. Disebut Khang Khai karena setiap orang yang tinggal di sini pernah
mengalami kecelakaan perang. Setidaknya terdapat 65 penduduk kampung pernah
terkena bom dan selamat.
Anak kampung Khang Khai (koleksi @ysdaya) |
Salah seorang dari mereka adalah Bounphom. Pria 68
tahun ini terpaksa diamputasi kakinya akibat terkena ranjau. Untungnya, ia
mendapat bantuan kaki palsu sehingga bisa beraktivitas menggarap sawah. Pak Bounphom
adalah mantan tentara Laos yang ikut berperang melawan Amerika tahun 1968. Saat
berperang di hutan Xieng Khouang tahun 1970, bapak tujuh anak ini menjadi
korban ledakan bom. Ia pun terpaksa merelakan kakinya untuk diamputasi. Dan
sejak itu pula Pak Bounphom menjalani hari-hari suramnya, hidup dengan satu
kaki. Ironisnya, ia tidak mendapat bantuan keuangan sama sekali dari
pemerintah. Barulah 29
tahun kemudian, ia mendapatkan kaki palsu gratis bantuan dari lembaga swasta Thailand.
Lantas gimana caranya keluarga mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari ? Istrinya
lah yang bekerja sebagai petani.
Bersama Pak Bounphom, korban Perang Rahasia (koleksi @ysdaya) |
Sejarah Laos masih terus berlanjut, nanti saya
akan mengunjungi ibukota Laos semasa masih berbentuk kerajaan yakni di Luang
Prabang. Tetap asikin blog ini.